"Katakan, jangan pernah sekian kali lagi kau bisu terhadap apa yang tengah kau hindari. Apakah aku tak ber hak bertanya sedikit saja? sampai aku tahu bahwa kabarmu baik-baik saja walaupun itu bukan diriku lagi bersama dirimu."
Setengah mati aku berharap melupakannya tanpa sisa, lantas dia kembali dengan mempertanyakan hal demikian tanpa merasa bersalah sedikitpun. Apakah aku hancur kembali? seketika? ah tidak, tidak seperti dahulu. Belasan tahun kita tidak pernah bertemu, saat itu demikian kami masih berada dibangku SMA. Saat dimana aku mulai mencintainya diam-diam tanpa adanya perbincangan 3thn lebih. Menatap bahu belakang tubuhnya saja membuat aku merasa begitu bahagia. Kamu..... adalah cinta pertamaku saat itu.
3 bulan sebelum ujian nasional tiba, kami seperti terbakar cerita. tiba-tiba begitu cepat kami menjadi dekat. Duniaku penuh kebahagiaan. Seolah lengkap sudah cerita hidupku, hampir lulus sekolah ditambah dengan keberadaan sosok yang telah lama aku tunggu ini bertahun-tahun. Sebelum pada akhirnya, kamu memilih kembali kepada kekasihmu dulu, meninggalkan aku tanpa kejelasan apapun, meninggalkan aku dalam keadaan membutuhkan support tegas, meninggalkanku ditengah seminggu lagi kami akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional. Dalam keadaan hati setengah tak hidup, dalam hati seolah tak mampu lagi bertahan, ada rasa pedih didalam sini.
"Besok pagi ujian Ra,udah siap?
"Ra....?"
"Kamu disana.............."
-Telepon terputus-
-Message-
Sedih bukan berarti dunia kamu segera ikut hancur. Ada bagian yang membuat kamu belajar lebih dari tegar, hari ini keliling jakarta pakai motor kesayangan kamu itu yuk, sembari ngabisin bensin.
[Maiiy-Sahabat]
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kami melaluinya berdua, Maiily dia sahabatku. Satu-satunya sahabat yang tak lupa memberikan nasihat berikut alaram jika patah hatiku mulai bermunculan. Mulai kambuh. Hingga pada akhirnya perpisahan kami ditandai dengan hasil study yang memuaskan. Tentunya, bukan hanya kami yang bangga, pun juga kedua orang tua kami. Hingga cita-cita kami bulat. 5 tahun kemudian haruslah berubah tidak seperti waktu sedia kala, walau kita tahu saat sedia kala itu merupakan waktu manis yang akan dikenang bersama setelahnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3 tahun kemudian,
Belum sempat kami berniat bertemu, apalagi saling memberikan kabar masing-masing. Tidak ada lagi yang seperti dahulu. Kami berdua sama-sama memiliki kehidupan masing-masing sekarang. hingga pada suatu hari salah satu dari teman sekelas semasa SMA mengundang kami untuk menghadiri acara pernikahannya. Lantas, momen inilah yang kami tunggu setelah sekian lama, yeaahh ... kami tahu sekali ini belum tepat lima tahun kemudian setelah kelulusan kami, tapi.... yang namanya rindu sahabat lama, apalagi wanita ini seperti kakak untuk saya. Pertemuan menjadikan kami saling berpeluk erat. tanda rindu seperti seorang adik rindu saudara kakak tertuanya. Panjang cerita, celoteh kami, pose lucu pada potret-potret bahagia kami. Semua seolah membawa kami kepada masa-masa sekolah silam. Tentunya.
"ciee, siapa dia mpok? pacar baru ya?" kami masih saling memanggil mpok, entahlah siapa yang dituakan disini, tapi kami hampir selalu tak mempermasalahkannya.
"eh iya ya hampir lupa belum ngenalin, dia tunanganku mpok, tentunya bukan pacar baru, kami sudah jalan Tiga Tahun lamanya. Kami berencana menikah setelah aku menyelesaikan kuliah" tukasku bersemangat.
"semoga segera kejenjangnya ya mpok, gw senang denger lo bisa lepas dari bayang masa lalu itu, ga nyangka bisa selama ini ternyata lo ketemu calon terus masih awet bertahun-tahun. Setahu gw lo itu paling susah banget lama-lama pacaran. alasannya masih nunggu anak bola lapangan belakang sekolah." kami tertawa setelahnya. menertawakan foto saya dengan Mas Al didompet setelah saya menunjukkannya curhat.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dahulu, mungkin saya akan menunggu lebih dan lebih lama lagi jika kita tak pernah saling mengakrabkan diri. Tentunya, melihat kau dari jauh adalah caraku untuk memperhatikanmu. Mengikuti segala bentuk kebiasaanmu. kesukaanmu. tapi, semua berubah saat kamu menyatakan perasaan palsu berikut sumpah palsu itu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika saya tidak sengaja melihat profil akun jejaringmu mampir pada postingan salah satu sahabat saya, tentunya saya tidak akan pernah tahu apa artinya membencimu. Rasa benci telah memiliki akar, tumbuhnya sudah belasan tahun. tidak pernah ditebang. saya tahu sekali bahwa dibalik kebahagiaan keluarga kecilku bersama mas Al ada rasa benci yang luar biasa tumbuh hebat kepada diri laki-laki anak bola kelas 3M semasa SMA silam.
sampai pada akhirnya kau datang sendiri kerumahku, menurut alasanmu yakni sudah memperhatikan sejak lama, mencari sana-sini informasi keberadaan saya. Hingga kamu menyatakan penjelasan panjang berniat kembali.
"terlambat, sudah terlanjur, benci tumbuh mengakar, belasan tahun, saya sudah berkeluarga, memiliki seorang anak pula. buat apa kembali ?"
"
Setengah mati aku berharap melupakannya tanpa sisa, lantas dia kembali dengan mempertanyakan hal demikian tanpa merasa bersalah sedikitpun. Apakah aku hancur kembali? seketika? ah tidak, tidak seperti dahulu. Belasan tahun kita tidak pernah bertemu, saat itu demikian kami masih berada dibangku SMA. Saat dimana aku mulai mencintainya diam-diam tanpa adanya perbincangan 3thn lebih. Menatap bahu belakang tubuhnya saja membuat aku merasa begitu bahagia. Kamu..... adalah cinta pertamaku saat itu.
3 bulan sebelum ujian nasional tiba, kami seperti terbakar cerita. tiba-tiba begitu cepat kami menjadi dekat. Duniaku penuh kebahagiaan. Seolah lengkap sudah cerita hidupku, hampir lulus sekolah ditambah dengan keberadaan sosok yang telah lama aku tunggu ini bertahun-tahun. Sebelum pada akhirnya, kamu memilih kembali kepada kekasihmu dulu, meninggalkan aku tanpa kejelasan apapun, meninggalkan aku dalam keadaan membutuhkan support tegas, meninggalkanku ditengah seminggu lagi kami akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional. Dalam keadaan hati setengah tak hidup, dalam hati seolah tak mampu lagi bertahan, ada rasa pedih didalam sini.
"Besok pagi ujian Ra,udah siap?
"Ra....?"
"Kamu disana.............."
-Telepon terputus-
-Message-
Sedih bukan berarti dunia kamu segera ikut hancur. Ada bagian yang membuat kamu belajar lebih dari tegar, hari ini keliling jakarta pakai motor kesayangan kamu itu yuk, sembari ngabisin bensin.
[Maiiy-Sahabat]
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kami melaluinya berdua, Maiily dia sahabatku. Satu-satunya sahabat yang tak lupa memberikan nasihat berikut alaram jika patah hatiku mulai bermunculan. Mulai kambuh. Hingga pada akhirnya perpisahan kami ditandai dengan hasil study yang memuaskan. Tentunya, bukan hanya kami yang bangga, pun juga kedua orang tua kami. Hingga cita-cita kami bulat. 5 tahun kemudian haruslah berubah tidak seperti waktu sedia kala, walau kita tahu saat sedia kala itu merupakan waktu manis yang akan dikenang bersama setelahnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3 tahun kemudian,
Belum sempat kami berniat bertemu, apalagi saling memberikan kabar masing-masing. Tidak ada lagi yang seperti dahulu. Kami berdua sama-sama memiliki kehidupan masing-masing sekarang. hingga pada suatu hari salah satu dari teman sekelas semasa SMA mengundang kami untuk menghadiri acara pernikahannya. Lantas, momen inilah yang kami tunggu setelah sekian lama, yeaahh ... kami tahu sekali ini belum tepat lima tahun kemudian setelah kelulusan kami, tapi.... yang namanya rindu sahabat lama, apalagi wanita ini seperti kakak untuk saya. Pertemuan menjadikan kami saling berpeluk erat. tanda rindu seperti seorang adik rindu saudara kakak tertuanya. Panjang cerita, celoteh kami, pose lucu pada potret-potret bahagia kami. Semua seolah membawa kami kepada masa-masa sekolah silam. Tentunya.
"ciee, siapa dia mpok? pacar baru ya?" kami masih saling memanggil mpok, entahlah siapa yang dituakan disini, tapi kami hampir selalu tak mempermasalahkannya.
"eh iya ya hampir lupa belum ngenalin, dia tunanganku mpok, tentunya bukan pacar baru, kami sudah jalan Tiga Tahun lamanya. Kami berencana menikah setelah aku menyelesaikan kuliah" tukasku bersemangat.
"semoga segera kejenjangnya ya mpok, gw senang denger lo bisa lepas dari bayang masa lalu itu, ga nyangka bisa selama ini ternyata lo ketemu calon terus masih awet bertahun-tahun. Setahu gw lo itu paling susah banget lama-lama pacaran. alasannya masih nunggu anak bola lapangan belakang sekolah." kami tertawa setelahnya. menertawakan foto saya dengan Mas Al didompet setelah saya menunjukkannya curhat.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dahulu, mungkin saya akan menunggu lebih dan lebih lama lagi jika kita tak pernah saling mengakrabkan diri. Tentunya, melihat kau dari jauh adalah caraku untuk memperhatikanmu. Mengikuti segala bentuk kebiasaanmu. kesukaanmu. tapi, semua berubah saat kamu menyatakan perasaan palsu berikut sumpah palsu itu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika saya tidak sengaja melihat profil akun jejaringmu mampir pada postingan salah satu sahabat saya, tentunya saya tidak akan pernah tahu apa artinya membencimu. Rasa benci telah memiliki akar, tumbuhnya sudah belasan tahun. tidak pernah ditebang. saya tahu sekali bahwa dibalik kebahagiaan keluarga kecilku bersama mas Al ada rasa benci yang luar biasa tumbuh hebat kepada diri laki-laki anak bola kelas 3M semasa SMA silam.
sampai pada akhirnya kau datang sendiri kerumahku, menurut alasanmu yakni sudah memperhatikan sejak lama, mencari sana-sini informasi keberadaan saya. Hingga kamu menyatakan penjelasan panjang berniat kembali.
"terlambat, sudah terlanjur, benci tumbuh mengakar, belasan tahun, saya sudah berkeluarga, memiliki seorang anak pula. buat apa kembali ?"
"

Tidak ada komentar:
Posting Komentar