Terlempar merangkak menerobos waktu. Dibiarkannya diri melihat masa lalu. Sang Penjagaku. Yang kemudian menyerah pada ketidak berdayaannya menyelam pada peristirahatan terakhir. Nama itu, begitu jelas terukir indah pada papan nisanmu. November kali ini datang tanpa kupaksa, 6 tahun aku terpaksa merintih, merangkak tanpa kaki. Siangmu tak biarkan aku tetap terik, perlahan menarikku yang kemudian berlari menuju kelam. Tahun-tahun ku tanpamu begitu goyah. Tak berarti. Seperti tak sudi membiarkan hal lain masuk ataupun singgah mempersilahkan diperistirahatan walau sejenak. Aku yang keras memaksa diri bangun kemudian terjatuh, yeahhh kau tetap diam, tak pernah menjawab setiap keluh kesah ceritaku. Kau tetap saja diam. Aku dibiarkan membual pada nisanmu.Konsonan dunia ku dan dirimu telah mudah dibedakan. Bibirku memanjatkan doa hati demi bekalmu. Teringat ketika kau sebut cita-cita yang kini tak terwujud. Haii cinta mengapa kau tinggalkan aku begitu pagi??
* * *
Hanyalah dirimu yang selalu buatku utuh, aku selalu mengaku bisa saat orang lain menanyakan hatiku kala itu. Tahukah kalian aku bias berucap. Konsonan aksara ku klise. Hidupku bagai fatamorgana. langkahku diam-diam berhenti.
17 November 2005,
Kuhantarkan kaki menuju peristirahatanmu yang terakhir, namun masih saja kau diam,
"heiii aku sedang berbicara padamu, kenapa kau selalu diam?" tanyaku.
"............."Kudapati seseorang menyentuh pundakku perlahan, mengajakku kembali pulang.
Cinta... aku tak sanggup meninggalkan kau tertidur sendiri disini, siapa yang kan menemanimu?
"ayo Aira, mama sudah menunggumu dimobil" ajak kak Alvira seraya menarik lenganku.
"kak...." air mataku nanar menatap Kak Alvira, Saudara kandung Alm. Sammy"Airaaa....." dia memanggilku lembut."Biarkan aku disini sebentar lagi kak"
Kelam mulai menyematkan hitam pada setiap ruang-ruang hampa. Ia mulai menyingsingkan senja. Aku masih berdoa di pelukan peraduan terakhirmu.
* * *
3 Bulan kemudian (February 2006)
"Maaf Aira, kakak tak bermaksud berbohong, ini pintanya...?" suara kak Alvira diseberang sana.
"Kak......, sekiranya aku tak menunggu selama ini, atas kebohongan yang kalian simpan selama aku mengenal dirinya bahkan kalian!!!!!""Airaaaa....." memanggilku lembut."Kak ... apakah kau tahu, betapa aku sangat tak berarti tanpanya, dan sampai pada saat ini aku masih tak tahu penyebab apa yang membuat ia sampai pergi untuk selamanya???? dan sekarang... yeaaahhh sekarang, aku sudah tahu yang sebenarnya...!!!""Airraaa..." memanggilku lembut kembali, kemudian aku tak sengaja menjatuhkan telepon gengam ku.
Leukemia Kronis yang kemudian menjalar akut pada tubuhmu, seakan tak hentikan waktu dalam masa-masa terakhir, kau yang diam dan kau yang bawa mati cerita sakitmu sendiri hingga pergi. Aku kalah pada waktu yang tak mampu mengenalmu jauh lebih dekat, hanya kau seorang yang biarkan aku menangis meminjam pundak itu sembari memecah sunyi, mengapa kau tak biarkan sebentar saja, sembari kita selesaikan cita-cita kita.
Setelah mendapati berita tentang kepergianmu, langkahku berat membawa pulang. Mataku nanar sepanjang perjalanan, saat itu aku tak menangis, aku marah pada ketidaktahuanku tentang dirimu dulu yang pernah merasakan sendiri atas penyakit yang kau derita.
"Sammy menderita Leukemia Akut Ra, dulu Dokter pernah mendiagnosa bahwa penyakitnya telah sembuh total dari leukemia kronisnya. Tapi.. sejak lima tahun beralu, penyakitnya kambuh, saat itu sammy sempat putus asa atas keadaannya, dia tak pernah bisa bertingkah layak teman sebayanya. Kau tahu, kau adalah orang pertama yang ia kenalkan pada kami dan kau pula orang pertama yang membuat dunianya tak lagi mendung, Aira... maafkanlah Sammy, ia hanyalah jiwa yang patah tak mampu lagi mendampingimu layaknya cita-cita yang kalian berdua impikan...."
Pernyataan Kak Alvira seperti terekam selalu dalam gendang telinga, lalu mengiang merasuk. Kak, salahkah aku sesekali meminta ia berada disini? aku lapar dahaga tentangnya.
Sekarang
Aku tak memintamu kembali, hanya sebuah nama itu terngiang memanggilku penuh merdu dan lembut, mimpiku hampir kembali sama bertemu sosokmu berkalut kain putih penuh cahaya menyinari, disana kudapat menyentuhmu, berbicara dan tertawa bersama, bahkan saat terbangun aku tak membiarkan mataku terus terjaga, aku ingin tertidur pulas dan kembali pada mimpi tadi melanjutkan untaian-untaian kisah yang tak sempat kau jalani disaat terakhirmu dulu pada dunia nyata. Mungkin malam ini aku tak dapat tidur, sudah kenyang dengan lelap lebih dari 18 Jam.
Hanya untuk bertemu dirimu...........
Aku tak akan lagi bertanya mengapa kau pergi dari sisi ku, 6 Tahun kuyakini akan begitu sulit membuka hatiku untuk orang lain, namun disini sekarang dan seterusnya Tuhan telah memberikan aku sesorang yang berarti, seorang yang kuyakini adalah calon imamku yang tertulis pada Lauhul Mahfudz. Insya Allah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar