Saya pernah
begitu berhasil memendam keobsesian terhadap satu hal, hingga sampai habis akal
saya mendiami dan tinggal bersama mimpi2 yang jelas tidak akan tahu kapan harus
berhenti. Saya, melakukannya dengan tekun. Tidak akan ada satupun, setitikpun
bisa membuyarkan kemampuan saya menghilangkan rasa obsesinya. Namun, semakin saya
merasa ingin memiliki mimpi itu dengan segera. Semakin terasa kekecewaan
mendera. Duhh aduh, lengkap sudah. Karena semakin tinggi saja level yang saya
naikkan untuk satu kesatuan obsesi tersebut. dan kemudian saya menghadapi
ribuan kekecewaan berulang. Puluhan ribu, bahkan jutaan seperti menimbun telak
tepat pada awan mimpi saya.
Pernah
terkadang seperti tersedak hampir mati memikirkannya. Sesak. kemudian
mengembalikan fase drama bangkit-turun-bangkit dan seterusnya
demikian. tidak akan ada habisnya.
butuh 5
tahun untuk mendapatkan pemahaman
dari sebenarnya. perlahan, saya mulai membiarkan obsesi tersebut menguap. Mulai
melepaskan baik-baik. menguburnya dalam2 keluar jauh dalam benak saya.
bersyukurlah
atas nafas yang kau terima sampai detik ini, entah pada detik mana kau memulai
hitungan setiap kali bernafas. karena
seperti itulah Tuhan tak pernah putus memberikan limpahann rezeki yang
benar-benar kita butuhkan, bukan pada apa yang kita inginkan saja.
lambat laun
kau akan mengerti, dengan cara melepaskan... Kau.... akan menemukan sesuatu
yang benar-benar kau butuhkan lebih dari keinginanmu sendiri.
"hidup
bukan sekedar kau melaluinya hanya untuk ber-ingin, tapi dengan bersyukur atas
apa yang kau terima, maka....seperti itulah orang-orang yang termasuk dalam
limpahan kebaikan yang tak akan pernah putus dari Tuhan. Karena seperti itulah
Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan".

Tidak ada komentar:
Posting Komentar