Aku.. Kamu... Kita, Pasti Bertemu
Semua tetap
seperti biasanya, kamu yang setiap harinya tak terhenti membiarkanku tertawa
tatkala mengingat hari-hari lampau kita. Ya, kita jelas tahu sekali yang paling
jauh itu bukanlah jarak, pada kenyataannya adalah “masa lalu” lah yang tak akan
pernah kembali atau kita usik, ulang kembali atau tak akan pernah bisa kita
mintai perbaikannya. Hanya dengan cara-cara pada detik inilah ... kita...
melakukannya dengan baik. Apapun itu, seburuk apapun hantaman prosesnya. Kau
bahkan tahu sekali bahwasanya aku kurang ini, kurang itu, tapi.... mengapa
semuanya begitu kau anggap biasa saja bahkan bak tak perduli bahwa aku
sedemikian kurang begini. Apakah kau akan meninggalkanku kelak dengan
kekurangan-kekuranganku ini? Jika..... jika aku mengatakaan sejujurnya tentang
masa laluku. Tentang ..... ah sudahlah. Ijinkan aku untuk menelannya sendirian
ya sayang? Aku tak ingin kita berdua yang telah menganggap “hari ini untuk
esok” malah keruh akibat campur tanggan pihak masa lalu. Kau sendiri yang
mengajariku untuk melupakannya, kau pula yang mengajariku untuk memaafkannya.
Yeah, memaafkan atas segala kejadian yang tak sedikitpun aku perkenankan masuk
dalam atmosfer kehidupanku.
Atas dua pedal
satu sepeda pada pinggir bundaran jalan, pada saat yang bersamaan pula aku
memikirkan banyak hal yang tak pernah kau duga. Akankah... setelah ini kau mau
membersamai wanita yang seperti ini...?? Aku bahkan dapat tertawa dengan baik
saat itu. Tertawa yang penuh kegirangan laik anak kecil mendapatkan sebuah
mainan kesukaan. Seolah-olah anak-anak yang begitu polos berbahagia bertemu
orangtuanya selepas pulang bekerja. Lantas, aku memelukmu dengan begitu erat,
tepat ditubuhmu.
Tahukah kau, ini
bahkan pertama kalinya aku mau mengenalkan seseorang laki-laki pada kedua orang
tuaku sebagai calon pendamping, bukan sebagai teman loh, but... as someone
special. Denganmu, aku tak perlu menyempurnakan packagingku seperti kebanyakan
topeng-topeng yang sebagian mereka kenakan. Kau bahkan ingin sekali
menyempurnakanku hanya tepat didepan matamu. Berjanji menyempurnakan sebagian
potongan dari akidah dari masing-masing potongan yang kita miliki. Dari dua
menjadi satu. Dari dua bagian potongan yang belum bertemu menjadi bertemu, lalu
disempurnakan sebaik-baiknya. Insya Allah ya sayang, Insya Allah, kita pasti
bertemu. Saat ini, kita tak diizinkan bertemu, relakan dulu yah, pada
kenyataannya kita berpisah terlebih dahulu.
Keahliannya
adalah membuatku kembali tertawa saat aku begitu sebal setengah mati dibuat
olehnya. Kemampuannya adalah mengajariku selalu ingat menentramkan jiwa dengan
mengingat-NYA (Sang Khalik). Jiwanya adalah sebenar-benarnya kiriman-NYA yang
tertulis dalam kitab Lauhul Madfudz. Lelaki luar biasa yang akan mencintai
malaikat-malaikat kecil kita nanti, lelaki yang kelak mendidik mereka menjadi
khalifa. Berpisah dalam keadaan sama-sama telah sampai pada masanya, kemudian
mengikhlaskan masing-masing ditiap berpulangnya salah satu diantara kita. Kita
tak akan pernah pudar dihempas oleh ombak samudera. Tertiup sejauh mungkin
namun kembali pada titik yang sama. Kemulian segalanya tak akan pernah
tertukar.
Aku.... Kamu.... dan kita..... Insya Allah Akan bertemu keadaan
seperti cerita diatas ini.
Semoga Allah SWT mengijabah doa ini yahh? Semoga kita bisa saling bertemu.
Segera. Aamiin.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar