Tahun
kali ini berganti, begitupun tentang sisa umurku yang tertinggal, aku hanya
ingin lekas sembuh dari penyakit ini, sedikit saja. dan kan bahagia diriku
selanjutnya, sekali. dan permohonan ku sekali saja.
Ini
tahun ketujuhku mengidap penyakit leukemia
mielositik kronis, mungkin saat diriku masih kanak2 belum sempat mengerti
apa itu leukemia, apa itu penyakit. Masih saja diriku tetap asik bermain laik
anak-anak sebaya. Mengaplikasikan beberapa perainan seperti petak umpet, petak
jongkok,dan ular tangga.
Seseorang
yang kuhormati (mama) selalu saja mengkhawatirkan diriku, dilarang sudah agar
diriku tidak kelelahan saat bermain, yang padahal aku cenderung anak yang
proactive sekaligus hiperactive. Biasanya aku akan selalu melakukan hal-hal
dimana imajinasi itu datang, "aku ingin begini dan aku ingin begitu"
begitulah secerca bait dari lirik lagu Doraemon (acara kartun kesukaan).
Tahun-tahunku berlalu dengan begitu cepat penurunan nafsu makan yang hebat
ditambah berat badanku berkurang drastis dari berat sebelumnya. aku selalu
bertanya pada mama, namun lekas beliau menangis tanpa ia sadari, sejak saat
itu, aku tak berani mencoba bertanya kepada beliau, aku tak ingin seseorang
yang kuanggap paling hebat didunia ini merasa tersakiti hatinya, dan dia itu
adalah MAMA.
Aku
berlalu menahan rasa sakit yang semakin hari mulai memperparah kedaanku,
puncaknya.. adalah ditahun ketiga belas usiaku, aku begitu kesakitan, demam
selalu saja datang sepanjang malam ditambah rasa penuh dalam perut. Aku tak
berusaha ingin mengerti seperti apa penyakit itu walau aku harus menjalani
kemotrapi yang sangat menyebalkan ini, bahkan seperti apa dan bagaimana semua
ini dapat terjadi, yang aku tahu, hanya mama seorang dan TUHAN yang tahu semua
ini, dan lagi-lagi aku berusaha menutup mata dan telinga............
Sampai
dimana aku bertemu dengan seseorang yang pertama kali kucintai, saat itu dia
sedang menangis sesenggukkan disana. yeah disana.. disebuah anak tangga sambil
merangkul kedua lututnya. Aku masih ingat ketika menyempatkan diri meminjamkan
sapu tangan milikku, kemudian dia menolak, dia masih saja merangkul lutut
kecilnya. Perlahan kucoba menyediakan diri duduk disampingnya. Kemudian
kusebutkan namaku dengan benar. namun ia masih saja ketakutan akan kehadiranku,
(aduuhhhh seseram itukah??). Kembali ia mencoba mengangkat wajahnya dan mencoba
menatapku. Lama. Cukup lama ia memandangiku penuh sorotan tajam. Seperti
mengusir tanpa kata. "Namaku
Sammy Andhika, aku bersedia kok minjemin pundak aku buat kamu untuk nangis
sejadinya, tapi janji yah.. kalo udah lega, langsung cerita...". Entah
angin apa yang lewat, semenjak kusebutkan namaku,, dia berubah baik yang
perlahan menyandarkan kepala pada bahuku. Lama. Lumayan lama ia membasahi
bajuku dengan air matanya. Aku tak bergerak untuk beranjak. Masih setia diam
menemaninya.
Lama,
cukup lama kita terpaku dalam kebisuan, hanya sesenggukan yang sekali-kali
terdengar jelas. Mungkin sudah satu jam lebih kita dalam posisi yang tak saling
bicara (haduh berasa lagu lagi
kayaknya).
"aku
cuma mau semua yang kusayangi kembali akur, mereka selalu saja bertengkar untuk
hal-hal yang tak pantas didengar oleh telinga adik-adik kecilku, aku tak apa
mendengarnya, tapi mereka(adik kecil)??? mereka tak layak mendengar, cukup aku
yang merasakan sakitnya, mereka orangtuaku, mereka selalu saja bertengkar untuk
hal-hal yang kadang jelas tak kumengerti, orang dewasa itu aneh!!"
yeah,
mungkin hanya sekian yang kuingat tentang dirinya saat pertemuan pertama, lalu
ia segera berlalu meninggalkan diriku sambil mengucapkan terima kasih.
*
* *
Sejauh
ini aku selalu menunggunya ditempat yang sama, maklum saja perasaan cinta
pertama ini terbilang memaksaku untuk terus melihatnya, satu minggu pertama,
aku mendapati ke alpaan dirinya, dan itu berlaku untuk minggu2 setelahnya. Aku
rindu kehadirannya, aku rindu menyediakan bahuku hanya sekedar untuk
menenangkan dirinya pada kemudi masalah.
Sampai
diminggu ketujuh tak sengaja berpapasan kembali dengannya, sumpah, ini anugerah
terindah yang aku temui dalam hidupku, penantianku selalu menyemangatkan hari-hariku,
bahkan aku lupa dengan status rasa sakit yang kurasakan sekalipun aku belum
tahu penyakit apa yang aku derita. Aku selalu tertidur setelah sibuk
membayangkan wajahnya, bertemu dengannya dan kemudian berujung mimpi bertemu
dengannya. Sosok itu, selalu saja menggugah khayalanku, walau aku tak tahu
namanya siapa, karena belum sempat bertanya. Kemudian aku hanya berani menyapa
dengan kata "hai" terdengar garing, berharap dia
segera menyapa balik dan kemudian segera berbincang.
"ooohh
Sammy, apa kabar?" senyumnya
menggugah hatiku, Manis.
"ka...kaaa....kaaammuuu
masih ingat?" dan kemudian aku sedikit terbata mendengarnya.
"Masih
kok, makasih ya waktu itu, i feel so better now"
"really?"
"yups!!"
Kemudian
perbincanganku beranjak menjadi sebuah kedekatan yang awalnya tak kupastikan
akan berhasil. Bulan-bulan berlalu dan kita semakin dekat untuk dikatakan
teman, sepenggal ceritanya ada didiriku, dan aku merasa ingin selalu
melindunginya, menjaganya, kemudian membahagiakannya.
to
be continued

Tidak ada komentar:
Posting Komentar