First Love (Part 1)


Tahun kali ini berganti, begitupun tentang sisa umurku yang tertinggal, aku hanya ingin lekas sembuh dari penyakit ini, sedikit saja. dan kan bahagia diriku selanjutnya, sekali. dan permohonan ku sekali saja.

Ini tahun ketujuhku mengidap penyakit leukemia mielositik kronis, mungkin saat diriku masih kanak2 belum sempat mengerti apa itu leukemia, apa itu penyakit. Masih saja diriku tetap asik bermain laik anak-anak sebaya. Mengaplikasikan beberapa perainan seperti petak umpet, petak jongkok,dan ular tangga.

Seseorang yang kuhormati (mama) selalu saja mengkhawatirkan diriku, dilarang sudah agar diriku tidak kelelahan saat bermain, yang padahal aku cenderung anak yang proactive sekaligus hiperactive. Biasanya aku akan selalu melakukan hal-hal dimana imajinasi itu datang, "aku ingin begini dan aku ingin begitu" begitulah secerca bait dari lirik lagu Doraemon (acara kartun kesukaan). Tahun-tahunku berlalu dengan begitu cepat penurunan nafsu makan yang hebat ditambah berat badanku berkurang drastis dari berat sebelumnya. aku selalu bertanya pada mama, namun lekas beliau menangis tanpa ia sadari, sejak saat itu, aku tak berani mencoba bertanya kepada beliau, aku tak ingin seseorang yang kuanggap paling hebat didunia ini merasa tersakiti hatinya, dan dia itu adalah MAMA.

Aku berlalu menahan rasa sakit yang semakin hari mulai memperparah kedaanku, puncaknya.. adalah ditahun ketiga belas usiaku, aku begitu kesakitan, demam selalu saja datang sepanjang malam ditambah rasa penuh dalam perut. Aku tak berusaha ingin mengerti seperti apa penyakit itu walau aku harus menjalani kemotrapi yang sangat menyebalkan ini, bahkan seperti apa dan bagaimana semua ini dapat terjadi, yang aku tahu, hanya mama seorang dan TUHAN yang tahu semua ini, dan lagi-lagi aku berusaha menutup mata dan telinga............

Sampai dimana aku bertemu dengan seseorang yang pertama kali kucintai, saat itu dia sedang menangis sesenggukkan disana. yeah disana.. disebuah anak tangga sambil merangkul kedua lututnya. Aku masih ingat ketika menyempatkan diri meminjamkan sapu tangan milikku, kemudian dia menolak, dia masih saja merangkul lutut kecilnya. Perlahan kucoba menyediakan diri duduk disampingnya. Kemudian kusebutkan namaku dengan benar. namun ia masih saja ketakutan akan kehadiranku, (aduuhhhh seseram itukah??). Kembali ia mencoba mengangkat wajahnya dan mencoba menatapku. Lama. Cukup lama ia memandangiku penuh sorotan tajam. Seperti mengusir tanpa kata. "Namaku Sammy Andhika, aku bersedia kok minjemin pundak aku buat kamu untuk nangis sejadinya, tapi janji yah.. kalo udah lega, langsung cerita...". Entah angin apa yang lewat, semenjak kusebutkan namaku,, dia berubah baik yang perlahan menyandarkan kepala pada bahuku. Lama. Lumayan lama ia membasahi bajuku dengan air matanya. Aku tak bergerak untuk beranjak. Masih setia diam menemaninya. 

Lama, cukup lama kita terpaku dalam kebisuan, hanya sesenggukan yang sekali-kali terdengar jelas. Mungkin sudah satu jam lebih kita dalam posisi yang tak saling bicara (haduh berasa lagu lagi kayaknya)

"aku cuma mau semua yang kusayangi kembali akur, mereka selalu saja bertengkar untuk hal-hal yang tak pantas didengar oleh telinga adik-adik kecilku, aku tak apa mendengarnya, tapi mereka(adik kecil)??? mereka tak layak mendengar, cukup aku yang merasakan sakitnya, mereka orangtuaku, mereka selalu saja bertengkar untuk hal-hal yang kadang jelas tak kumengerti, orang dewasa itu aneh!!"

yeah, mungkin hanya sekian yang kuingat tentang dirinya saat pertemuan pertama, lalu ia segera berlalu meninggalkan diriku sambil mengucapkan terima kasih. 

*   *   *

Sejauh ini aku selalu menunggunya ditempat yang sama, maklum saja perasaan cinta pertama ini terbilang memaksaku untuk terus melihatnya, satu minggu pertama, aku mendapati ke alpaan dirinya, dan itu berlaku untuk minggu2 setelahnya. Aku rindu kehadirannya, aku rindu menyediakan bahuku hanya sekedar untuk menenangkan dirinya pada kemudi masalah.

Sampai diminggu ketujuh tak sengaja berpapasan kembali dengannya, sumpah, ini anugerah terindah yang aku temui dalam hidupku, penantianku selalu menyemangatkan hari-hariku, bahkan aku lupa dengan status rasa sakit yang kurasakan sekalipun aku belum tahu penyakit apa yang aku derita. Aku selalu tertidur setelah sibuk membayangkan wajahnya, bertemu dengannya dan kemudian berujung mimpi bertemu dengannya. Sosok itu, selalu saja menggugah khayalanku, walau aku tak tahu namanya siapa, karena belum sempat bertanya. Kemudian aku hanya berani menyapa dengan kata "hai" terdengar garing, berharap dia segera menyapa balik dan kemudian segera berbincang.

"ooohh Sammy, apa kabar?" senyumnya menggugah hatiku, Manis.
"ka...kaaa....kaaammuuu masih ingat?" dan kemudian aku sedikit terbata mendengarnya.
"Masih kok, makasih ya waktu itu, i feel so better now"
"really?"
"yups!!"

Kemudian perbincanganku beranjak menjadi sebuah kedekatan yang awalnya tak kupastikan akan berhasil. Bulan-bulan berlalu dan kita semakin dekat untuk dikatakan teman, sepenggal ceritanya ada didiriku, dan aku merasa ingin selalu melindunginya, menjaganya, kemudian membahagiakannya.

to be continued

Tidak ada komentar: