Semoga kau..... (Cerpen)



"Ada kala kita membersamai cara memaafkan yang seperti ini untuk menyelesaikan sekelumit masalah panjang yang tak pernah ada habisnya.

Kau tahu bukan? bahwa saya masih mencintai sebagian obsesi yang saya mimpikan sejak umur dua belas. mungkin terdengar konyol, atau perlu kau tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Namun bukan berarti bahwa saya mencintai, lantas saya juga masih berharap "ingin". Tidak. Saya minta maaf, saya tidak dapat lagi melakukannya. Menjadi seorang stalker akut kuadrat itu rasanya sulit sekali, kau sendiri yang akan termakan ribuan "ingin" yang menjadi-jadi.

***

Dia Dion, kami bersahabat begitu baik saat pertemuan pertama kami ditempat kerja baruku beberapa tahun yang lalu. Pada pertemuan pertama dan selanjutnya walau banyak perbedaan, akhirnya kami begitu saling mengerti satu sama lain. Dia yang begitu mencintai wanita feminim, rapih, pintar, tidak urakan. Sementara aku.... sebaliknya. Dia hampir memiliki keseluruhan daftar obsesi mimpi "pangeran" saya saat umurku masih dua belas. Wajah khas oriental, fisik jauh lebih kuat dariku, seseorang yang pintarnya luar biasa untuk selalu dapat tiap hari kukagumi, si cerewet yang tak pernah bosan menasehati sikap urakanku. Memberikan masukan-masukan positif yang akhirnya membuatku perlahan mampu belajar lebih baik. Tapi kami begitu terlambat. Pertemuan kami begitu terlambat. Aku sudah terlanjur dilamar oleh kekasihku sekian Tahun yang lalu, sebelum pertemuan kita.

Dia Ditya, Kekasihku. Pada awalnya.. dia sepenuhnya bukan tipikalku sebelum pada akhirnya kita berhenti saling bermusuhan. menyebabkan kita berakhir saling mempercayai satu sama lain untuk melengkapinya dengan cinta. tanpa sedikitpun ada rasa saling mendominasi, hanya akan rasa saling melengkapi dengan selalu yakin saat kita satu, seperti saat kita merasa bahwa aku merasa aku dihadapanmu, dan kamu merasa kamu dihadapanku. Kami bertunangan, dan akan segera menikah segera setelah aku menyelesaikan study.
***
Kami bertengkar sekian hari, hanya karena mempermasalahkan aku yang keterlaluan membela Dion yang telah menyebabkan aku mengalami kecelakaan motor saat senja kala itu, yang menyebabkan seluruh tubuh sisi kiriku meninggalkan bekas-bekas luka yang sulit hilangnya walau sudah menggunakan obat penghilang. Dia berkata, bahwa porsi membelaku terlalu tinggi & tentunya memiliki sesuatu yang harus segera dijelaskan. Nampaknya saat itu wajahnya berubah sendu, saat melihat mataku bersinar yakin bahwa Dion tak bersalah. Lantas, kembali lagi kau memaafkan aku sekalipun fatal sudah tindakanku.

***

Aku Ditya, perempuan itu bernama Khasandra, Pada awalnya.. dia sepenuhnya bukan tipikalku sebelum pada akhirnya kita berhenti saling bermusuhan. menyebabkan kita berakhir saling mempercayai satu sama lain untuk melengkapinya dengan cinta. tanpa sedikitpun ada rasa saling mendominasi, hanya akan rasa saling melengkapi dengan selalu yakin saat kita satu, seperti saat kita merasa bahwa aku merasa aku dihadapanmu, dan kamu merasa kamu dihadapanku. Kami bertunangan, dan akan segera menikah segera setelah dia menyelesaikan studynya.

Kami bertengkar sekian hari, hanya karena aku terlalu mempermasalahkan keberadaan Dion dihatinya yang lekat. Aku berkata, bahwa porsi membelamu terlalu tinggi & tentunya memiliki sesuatu yang harus segera dijelaskan  Akibat kesalahan fatal Dion yang menyebabkan kekasihku ini menderita luka selama satu bulan lebih.  Aku melipat tujuh permukaan depan wajahku. lantas kutarik nafas dalam, untuk segera memaafkannya kembali. Aku masih butuh kamu untuk saling mengandalkan satu sama lain.

***

Aku Dion, aku mengenal Khasandra. Wanita yang kukenal dengan baik sejak permulaan awal yang ku kira seorang Sales yang datang menawarkan Produknya kekantor tempat dimana aku bekerja. Dia urakan, seperti bukan wanita, tapi aku masih berteman baik dengannya. Aku sadar, telah menyebabkan wanita ini mengalami kesulitan selama hampir satu bulan lebih. Hal in yang membuat aku tak boleh berhenti mempertanggungjawabkan atas tindakan yang telah kubuat. Disaat aku sudah sangat ingin begitu mengenalnya, dia yang cenderung tertutup dengan setiap keadaan. Tanpa aku tahu, dia tidak pernah menyebutkan bahwa dia telah memiliki tunangan disaat kami benar-benar sudah sangat dekat. Aku mempermasalahkan keadaan ini, kau banyak sekali bohongnya terhadapku, lantas aku cenderung mengorek kejadian-kejadian yang tentunya telah berlalu, karena aku berhak merestore ulang atas formatanku dahulu untuk urusan hati yang begini.

Tapi kau lantas membuatku sedikit luluh, walau aku masih tidak percaya padamu. Aku memberikan kesempatan kepadamu, dan akhirnya .... wajah kau terlihat begitu paling luar biasa bahagia. Aku melihatnya dengan baik digaris matamu melengkung seperti sabit berikut senyuman itu.

***
kebersamaan tak akan sempurna lengkap jika soal aqidahpun berbeda,
bahkan dinding terasa sangat begitu tebalnya
Setahun berlalu. kami tetap terus bersama, namun Ditya yang masih berharap kepadaku agar kembali kepelukannya. Dion yang memintaku untuk melupakannya dan menjalani kehidupan bersama setelah aku memutuskan untuk tidak lagi bersama Ditya. Kami hampir menikah setelah setahun kebersamaan. Nyatanya, Tuhan berkehendak lain, kami benar-benar berpisah karena salah satu sebagian keluarga saya tidak merestui pernikahan "beda" anut-an dari sebuah keyakinan. Keluarga kami cenderung konservatif dan religius, mengakibatkan semuanya terasa sulit. Aku menangis, air mataku tak pernah mampu dibendung dengan mata sipitku ini. Aku begitu mencintainya. Dia seperti Obsesiku. Kami sama-sama berpegang teguh atas pelukan anut-an ini. keduanya tidak ingin berpindah. Sempat terbesit kalau bisa menikah diluar Negeri saja, yang walaupun berbeda namun dapat menikah juga.

Nyatanya aku tetap harus bergerak meninggalkannya.


Dua tahun kemudian,

Studyku selesai. Aku tidak berharap siapapun saat itu, karena yang kudengar bahwa, Dion telah menikah setengah Tahun yang lalu dan tinggal menunggu beberapa bulan untuk kelahiran anak pertama dari sebuah keluarga kecilnya. Aku hanya terhenyak. Aku memikirkan siapa? Aku akan seperti apa? aku tanpamu lenyap. Ada raut bahagia dialbum yang kau posting berkali pada akun jejaring sosialmu. Kalian.....sungguh nampak bahagianya sekali.... Semoga Langgeng ya?. Lirihku berkelanjutan.

Ada kala kita membersamai cara memaafkan yang seperti ini untuk menyelesaikan sekelumit masalah panjang yang tak pernah ada habisnya.



Kau tahu bukan? bahwa saya masih mencintai sebagian obsesi yang saya mimpikan sejak umur dua belas. mungkin terdengar konyol, atau perlu kau tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Namun bukan berarti bahwa saya mencintai, lantas saya juga masih berharap "ingin". Tidak. Saya minta maaf, saya tidak dapat lagi melakukannya. Menjadi seorang stalker akut kuadrat itu rasanya sulit sekali, kau sendiri yang akan termakan ribuan "ingin" yang menjadi-jadi.

***

Kudengar dia patah hati sampai dua tahun lamanya. Aku hampir segera menikah. tentunya bukan dengan wanita yang kucintai. Aku masih mencintai wanita yang porsi hatinya jauh lebih besar kepada orang lain dibandingkan kepadaku. Bibirku selalu kelu saat keluargaku turut serta menyiapkan pesta pernikahanku yang tinggal dua bulan lagi. Kalau saja pada saat itu aku tahu lebih awal kau tak jadi menikah dengannya. Aku sudah pasti tak akan menerima perjodohan apapun yang dipersiapkan kedua orang tuaku. Aku menyesal. kali ini aku benar-benar menyesal atas pilihanku. Dia bernama keysha, Wanita berwajah ayu, bak putri, namun kecantikannya tak bisa melebihi kecantian luar biasa yang tertanam dalam diri khasandra. Dan aku akan selalu membanding-bandingkan Antara Keysha dan Khasandra.

***

Aku Keysha,
tentunya orang baru dalam kehidupan mas Ditya, namun aku masih merasa bahwa Mas Ditya begitu mencintai kekasih terdahulunya. Sedalam itukah cintanya? sampai aku merasa selalu tersingkirkan dimatanya?
kami hampir menikah dua bulan lagi. Dan aku begitu siap jika nanti kau tiba-tiba saja memutuskan untuk tak jadi menikahiku. Aku tak akan mau membersamai cinta yang hatinya tertaut indah dengan wanita lain. Tak akan.

2 Bulan kemudian....
Ternyata benar, mas Ditya meninggalkanku saat acara resepsi berlangsung. Akupun tertunduk malu. karena aku seperti wanita yang dicampakkan teramat dalam. Kau, benar-benar pergi.

***

Aku mencarimu kemana-mana khasandra..., kau dimana? aku selalu mencari disetiap tempat yang selalu kau kunjungi. Tentunya disetiap hari. Apakah kau lupa tempat ini, tempat itu dan tempat lainnya? Aku ingin sekali pergi mengunjungi rumahmu, tapi apakah aku memliki keberanian untuk mempertemukan wajah ini yang 3 Tahun tak saling bertemu.
Beberapa hari kemudian lantas aku menyegerakan diri menjemputnya kembali. Bukankah jika kami tak memiliki masalah dengan orang ketiga, sampai detik ini kami bersama dan berjanji menikah ditahun ini bukan? Aku akan menjemputmu.

***

"Dear, lelaki yang akan mencintaiku setiap harinya, bersama dengan malaikat kecil kita. Kau tahu bukan, bahwa waktuku tak banyak. Aku hanyalah seorang pengidap kanker otak Stadium akhir. Umurku hanya terbilang 3 bulan lagi setelah diagnosa itu. Aku menjalani hidupku sedemikian rumit. Aku hampir dua kali menikah, namun keduanya lantas selalu gagal. Apakah kau disana mampu mencariku? atau sekedar menemukanku untuk sekali menyapa dan berkata "hai sayang, aku membawakanmu malaikat kita" tak apa malaikat itu bohong-bohongan dahulu. yang terpenting adalah saat kau benar-benar datang. Tidak, kali ini kau tak boleh terlambat. Aku akan menunggumu...."

itulah sepenggal surat yang ditinggalkan Khasandra untukku, aku terlambat menemukannya. Dia kini terbaring nyaman pada rumah peristirahatan terakhirnya. Aku hanya melihat nisannya tertulis lengkap namanya berikut tanggal lahirnya yang jatuh pada tanggal hari ini.

Semoga kau adalah jodohku di Surga Nanti Khasandra....
Aku telah memaafkanmu, aku telah memaafkan kita yang bergerak saling menjauh satu sama lain. 

Aku (Ditya) dan Khasandra.... semoga Tuhan memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali.

Tidak ada komentar: